Kamis, 05 Maret 2009

Refleksi Perkuliahan Pendahuluan Filsafat

Pada refleksi perkuliahan kali ini, saya tidak akan menceritakan banyak hal, karena saya tidak menghadiri kuliah pada saat itu. Jadi apa yang saya tulis merupakan informasi yang diberikan oleh teman saya, dan saya kembangkan sendiri dengan mencari referensi-referensi lain...

Perkuliahan hari Kamis tanggal 5 Maret 2009 membahas mengenai hermeneutika, ruang lingkup filsafat, keseimbangan hati dan pikiran, serta tesis-antitesis-sintesis. Berikut ini sedikit ringkasan materi:
1. Hermeneutika

Hermeneutika (dari bahasa Yunani Ερμηνεύς hermēneuō: menafsirkan) adalah aliran filsafat yang bisa didefinisikan sebagai teori interpretasi dan penafsiran sebuah naskah melalui percobaan. Biasa dipakai untuk menafsirkan Alkitab, terutama dalam studi kritik mengenai Alkitab.

Pada tahap terakhir dari proses hermeneutika yang penting adalah bagaimana hasil penafsiran ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan manusia, bisa memberi motivasi pada kemajuan dan kesempurnan hidup manusia.

Ada tiga model hermeneutika yang berbeda. Pertama, hermeneutika objektif yang berusaha memahami makna asal dengan cara mengajak kembali ke masa lalu; kedua, hermeneutika subjektif yang memahami makna dalam konteks kekinian dengan menepikan masa lalu; ketiga, hermeneutika pembebasan yang memahami makna asal dalam konteks kekinian tanpa menghilangkan masa lalu.


2. Ruang Lingkup Filsafat

Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen?komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
a. Ontologi, ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagai­mana.

b. Epistemologi, Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model?model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, feno­menologi dengan berbagai variasinya.

c. Aksiologi, Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.


3. Keseimbangan Hati dan Pikiran

Menjaga keseimbangan hati dan pikiran sangat penting dalam menjalani hidup ini, karena dengan keadaan hati dan pikiran yang seimbang kita akan merasa nyaman menjalani hidup ini, kebahagiaan akan mudah tercapai serta tekanan dalam hidup pun akan berkurang.


4. Tesis-Antitesis-Sintesis

Dalam dunia modern, para ilmuwan menempatkan elemen-elemen (trinitas) tesis, antitesis dan sintesis pada posisi yang setara. Tesis adalah faktor penyeimbang, yang mengadakan dan/atau meniadakan antitesis, sementara sintesis yang meniadakan keduanya atau tidak ada tanpa kehadiran keduanya.

Apa yang dinamakan antitesis dari suatu tesis ini bukan sesuatu yang datang dari teman sealiran atau kompatriot. sama sekali bukan. Antitesis adalah yang lain (Liyan) dari tesis. Sama sekali berbeda, bahkan lebih menyerupai lawan yang memahami pikiran 'A' (yang hadir sebagai tesis) secara berbeda sama sekali. Pendeknya, ia memahami pikiran 'A' dengan menghadirkan diri sebagai 'Anti A'. Perbenturan tesis dan antitesis, secara reduktif bisa diibaratkan perbenturan Yin dan Yang. Inilah yang dinamakan dialektika tesis-antitesis yang menghasilkan antitesis.

Setiap tesis yang bertemu antitesis dan menjadi sintesis, sebenarnya ia terbelah, artinya separo dari diri 'A' dan separo dari diri 'Anti-A' disintesis menjadi tesis. Dialektika tesis-antitesis-sintesis ini disebut sebagai dialektika hegelian. Sebuah penjelasan dialektik mengenai bagaimana sesuatu mampu bertahan (eksis) ketika iaberhadapan dengan yang lain (liyan).

Referensi:
Afriandi Wirahadi. (2009). Ruang Lingkup Filsafat Ilmu. Dikutip dari

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/ruang-lingkup-filsafat-ilmu.

http://www.forums.apakabar.ws/viewtopic.php?f=1&t=35325

http://webmail.ristek.go.id/pipermail/iptekdiskusi/2007-May/000785.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Hermeneutika

http://www.scribd.com/doc/3933891/Hermeneutika-dan-Tafsir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar